RSS

BACAAN SURAT YASIN BUKAN UNTUK ORANG MATI

19 Mei

BACAAN SURAT YASIN BUKAN UNTUK ORANG MATI

Oleh
Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

HADITS PERTAMA

ãóäú ÞóÑóÃó íóÓ Ýöíú áóíúáóÉò ÇÈúÊöÛóÇÁó æóÌúåö Çááåö ÛõÝöÑó áóåõ ãóÇ ÊóÞóÏøóãó ãöäú ÐóäúÈöåö ÝóÇÞúÑóÄõæúåóÇ ÚöäúÏó ãóæúÊóÇßõãú.

“Artinya : Barangsiapa membaca surat Yaasiin karena mencari keridhaan Allah Ta’ala, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. Oleh karena itu, bacakan-lah surat itu untuk orang yang akan mati di antara kalian.”
[HR. Al-Baihaqi dalam kitabnya, Syu’abul Iman]

Keterangan: HADITS INI (ÖóÚöíúÝñ) LEMAH

Lihat Dha’if Jami’ush Shaghir (no. 5785) dan Misykatul Mashaabih (no. 2178).

HADITS KEDUA

ãóäú ÒóÇÑó ÞóÈúÑó æóÇáöÏóíúåö ßõáøó ÌõãõÚóÉò ÝóÞóÑóÃó ÚöäúÏóåõãóÇ Ãóæú ÚöäúÏóåõ íóÓ ÛõÝöÑó áóåõ ÈöÚóÏóÏö ßõáøö ÂíóÉò Ãóæú ÍóÑúÝò.

“Artinya : Barangsiapa menziarahi kubur kedua orang tuanya setiap Jum’at dan membacakan surat Yaasiin (di atasnya), maka ia akan diampuni (dosa)nya sebanyak ayat atau huruf yang dibacanya.

Keterangan: HADITS INI (ãóæúÖõæúÚñ) PALSU

Diriwayatkan oleh Ibnu ‘Adiy (I/286), Abu Nu’aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan (II/344-345) dan ‘Abdul Ghani al-Maqdisi dalam Sunannya (II/)91 dari jalan Abu Mas’ud Yazid bin Khalid. Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sulaim ath-Thaifi, dari Hisyam bin ‘Urwah, dari ayahnya, dari ‘Aisyah, dari Abu Bakar secara marfu’.

Lihat Silsilah Ahadits adh-Dha’ifah wal Maudhu’ah (no. 50).

Dalam hadits ini ada ‘Amr bin Ziyad Abul Hasan ats-Tsaubani. Kata Ibnu ‘Adiy: “Ia sering mencuri hadits dan menyampaikan hadits-hadits yang BATHIL.”

Setelah membawakan hadits ini, Ibnu ‘Adiy berkata: “Sanad hadits ini BATHIL, dan ‘Amr bin Ziyad dituduh oleh para ulama memalsukan hadits.”

Kata Imam Daruquthni: “Ia sering memalsukan hadits.”

Periksa: Mizaanul I’tidal (III/260-261 no. 6371), Lisanul Mizan (IV/364-365).

Penjelasan Hadits-Hadits Di Atas.
Hadits-hadits di atas sering dijadikan pegangan pokok tentang dianjurkannya membaca surat Yaasiin ketika ada orang yang sedang naza’ (sakaratul maut) dan ketika berziarah ke pemakaman kaum Muslimin terutama ketika menziarahi kedua orangtua. Bahkan sebagian besar kaum Muslimin menganggap hal itu ‘Sunnah’? Maka sekali lagi saya jelaskan bahwa semua hadits-hadits yang menganjurkan itu LEMAH, bahkan ada yang PALSU, sebagaimana yang sudah saya terangkan di atas dan hadits-hadits lemah tidak bisa dijadikan hujjah, karena itu, orang yang melakukan demikian adalah berarti dia telah berbuat BID’AH. Dan telah menyalahi Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang sah yang menerangkan apa yang harus dilakukan ketika ada orang yang sedang dalam keadaan naza’ dan ketika berziarah ke kubur.

Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albany berkata: “Membacakan surat Yaasiin ketika ada orang yang sedang dalam keadaan naza’ dan membaca al-Qur’an (membaca surat Yaasiin atau surat-surat lainnya) ketika berziarah ke kubur adalah BID’AH DAN TIDAK ADA ASALNYA SAMA SEKALI DARI SUNNAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM YANG SAH.

Lihat Ahkamul Janaa-iz wa Bida’uha (hal. 20, 241, 307 & 325), cet. Maktabah al-Ma’arif.)

Sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam Ketika Ada Orang yang Sedang dalam Keadaan Naza’

Pertama
Di-talqin-kan (diajarkan) dengan ‘Laa Ilaaha Illallah’ agar ia (orang yang akan mati) mengucapkan “áÇóÅöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ (Laa Ilaaha Illallah).”

Dalilnya:

Úóäú ÃóÈöíú ÓóÚöíúÏö ÇáúÎõÏúÑöíøö íóÞõæúáõ: ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: áóÞøöäõæúÇ ãóæúÊóÇßõãú áÇó Åöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ.

“Artinya : Dari Abu Sa’id al-Khudri, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ‘Ajarkanlah ‘Laa Ilaaha Illallah’ kepada orang yang hampir mati dari an-tara kalian.”

Hadits SHAHIH, riwayat Muslim (no. 916), Abu Dawud (no. 3117), an-Nasa’i (IV/5), at-Tirmidzi (no. 976), Ibnu Majah (no. 1445), al-Baihaqi (III/383) dan Ahmad (III/3).

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menganjurkan agar kalimat Tauhid ini yang terakhir diucapkan, supaya dengan demikian dapat masuk Surga.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

ãóäú ßóÇäó ÂÎöÑõ ßóáÇóãöåö áÇóÅöáóåó ÅöáÇøó Çááøóåõ ÏóÎóáó ÇáúÌóäøóÉó.

“Artinya : Barangsiapa yang akhir perkataannya ‘Laa Ilaaha Illallah,’ maka ia akan masuk Surga.” [ Hadits riwayat Ahmad (V/233, 247), Abu Dawud (no. 3116) dan al-Hakim (I/351), dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu.]

Kedua
Hendaklah mendo’akan kebaikan untuknya dan kepada mereka yang hadir pada saat itu. Hendaknya mereka berkata yang baik.

Dalilnya:

Úóäú Ãõãøö ÓóáóãóÉó ÞóÇáóÊú: ÞóÇáó ÑóÓõæúáõ Çááåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó: ÅöÐóÇ ÍóÖóÑúÊõãú ÇáúãóÑöíúÖó Ãóæö ÇáúãóíøöÊó ÝóÞõæúáõæúÇ: ÎóíúÑðÇ ÝóÅöäøó ÇáúãóáÇóÆößóÉó íõÄøãøöäõæúäó Úóáóì ãóÇ ÊóÞõæúáõæúäó.

“Artinya : Dari Ummu Salamah, ia berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda, ‘Apabila kalian menjenguk orang sakit atau berada di sisi orang yang hampir mati, maka katakanlah yang baik! Karena sesungguhnya para malaikat mengaminkan (do’a) yang kalian ucapkan.’” [Hadits SHAHIH riwayat Muslim (no. 919) dan al-Baihaqi (III/384) dan selain keduanya.]

SUNNAH-SUNNAH NABI SHALLALLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM KETIKA BERZIARAH KE PEMAKAMAN KAUM MUSLIMIN

Pertama
Mengucapkan salam kepada mereka.

Dalilnya ialah:
‘Aisyah radhiyallahu ‘anha pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Wahai Rasulullah apakah yang harus aku ucapkan kepada mereka (kaum Muslimin, bila aku menziarahi mereka)?” Beliau men-jawab: “Katakanlah:

ÇáÓøóáÇóãõ Úóáóì Ãóåúáö ÇáÏøöíóÇÑö ãöäó ÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÓúáöãöíúäó æóíóÑúÍóãõ Çááøóåõ ÇáúãõÓúÊóÞúÏöãöíúäó ãöäøóÇ æóÇáúãõÓúÊóÃúÎöÑöíúäó æóÅöäøóÇ Åöäú ÔóÇÁó Çááøóåõ Èößõãú áóáÇóÍöÞõæúäó.

“Artinya : Semoga dicurahkan kesejahteraan atas kalian wahai ahli kubur dari kaum Mukminin dan Muslimin. Dan mudah-mudahan Allah memberikan rahmat kepada orang yang telah mendahului kami dan kepada orang yang masih hidup dari antara kami dan insya Allah kami akan menyu-sul kalian.’”

[Hadits SHAHIH riwayat Ahmad (VI/221), Muslim (no. 974) dan an-Nasa’i (IV/93), dan lafazh ini milik Muslim]

Buraidah berkata: “Adalah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kepada mereka (para Shahabat) apabila mereka memasuki pemakaman (kaum Muslimin) hendaknya mengucapkan:

ÇáÓøóáÇóãõ Úóáóíúßõãú Ãóåúáó ÇáÏøöíóÇÑö ãöäó ÇáúãõÄúãöäöíúäó æóÇáúãõÓúáöãöíúäó æóÅöäøóÇ Åöäú ÔóÇÁó Çááøóåõ Èößõãú áÇóÍöÞõæúäó äóÓúÃóáõ Çááøóåó áóäóÇ æóáóßõãõ ÇáúÚóÇÝöíóÉó.

“Artinya ; Mudah-mudahan dicurahkan kesejahteraan atas kalian, wahai ahli kubur dari kaum Mukminin dan Muslimin. Dan insya Allah kami akan menyusul kalian. Kami mohon kepada Allah agar mengampuni kami dan kalian.’”

[Hadits SHAHIH riwayat Muslim (no.975), an-Nasa-i (IV/94), Ibnu Majah (no. 1547), Ahmad (V/353, 359 & 360). Lafazh hadits ini adalah lafazh Ibnu Majah]

Kedua
Mendo’akan dan memohonkan ampunan bagi mereka.

Dalilnya:

Úóäú ÚóÇÆöÔóÉó Ãóäøó ÇáäøóÈöíøó Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ßóÇäó íóÎúÑõÌõ Åöáóì ÇáúÈóÞöíúÚö ÝóíóÏúÚõæú áóåõãú ÝóÓóÃóáóÊúåõ ÚóÇÆöÔóÉõ Úóäú Ðóáößó ÝóÞóÇáó: Åöäøöíú ÃõãöÑúÊõ Ãóäú ÃóÏúÚõæó áóåõãú.
“Artinya :Aisyah berkata: “Bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah keluar ke Baqi’ (tempat pemakaman kaum Muslimin), lalu beliau mendo’akan mereka.” Kemudian ‘Aisyah bertanya tentang hal itu, beliau menjawab: “Se-sungguhnya aku diperintah untuk mendo’akan mereka.”
[Hadits SHAHIH riwayat Ahmad (VI/252)]

BACA AL-QUR’AN DI PEMAKAMAN MENYALAHI SUNNAH NABI SHALALLLAHU ‘ALAIHI WA SALLAM

Hadits-hadits yang saya sebutkan di atas tentang Adab Ziarah, menunjukkan bahwa baca al-Qur-an di pemakaman tidak disyari’atkan oleh Islam. Karena seandainya disya-ri’atkan, niscaya sudah dilakukan oleh Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, dan beliau pasti sudah mengajarkannya kepada para Shahabatnya.

‘Aisyah ketika bertanya kepada beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam apa yang harus diucapkan (dibaca) ketika ziarah kubur? Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya mengajar-kan salam dan do’a. Beliau tidak mengajarkan baca al-Fatihah, baca Yaasiin, baca surat al-Ikhlash dan lainnya. Seandainya baca al-Qur’an disyari’atkan, pasti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak menyembunyikannya.

Menurut ilmu ushul fiqih:

ÊóÃúÎöíúÑõ ÇáúÈóíóÇäö Úóäú æóÞúÊö ÇáúÍóÇÌóÉö áÇó íóÌõæúÒõ.

“Menunda keterangan pada waktu keterangan itu dibu-tuhkan tidak boleh.”

Kita yakin bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak mungkin menyembunyikan ilmu dan tidak pernah pula beliau mengajarkan baca al-Qur’an di pemakaman. Lagi pula tidak ada satu hadits pun yang sah tentang masalah itu.

Membaca al-Qur’an di pemakaman menyalahi Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, karena Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita membaca al-Qur’an di rumah:

Úóäú ÃóÈöíú åõÑóíúÑóÉó: Ãóäøó ÑóÓõæúáó Çááøóåö Õóáøóì Çááøóåõ Úóáóíúåö æóÓóáøóãó ÞóÇáó: áÇó ÊóÌúÚóáõæúÇ ÈõíõæúÊóßõãú ãóÞóÇÈöÑó¡ Åöäøó ÇáÔøóíúØóÇäó íóäúÝöÑõ ãöäó ÇáúÈóíúÊö ÇáøóÐöíú ÊõÞúÑóÃõ Ýöíúåö ÓõæúÑóÉõ ÇáúÈóÞóÑóÉö .
ÑæÇå ãÓáã ÑÞã : (780) æÃÍãÏ æÇáÊøÑãíÐí æÕÍÍå

“Artinya : Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah kalian jadikan rumah kalian seperti kuburan, karena sesungguhnya setan akan lari dari rumah yang dibaca di dalamnya surat al-Baqarah.” [Hadits riwayat Muslim (no. 780), Ahmad (II/284, 337, 387, 388) dan at-Tirmidzi (no. 2877) serta ia menshahihkannya]

Hadits ini jelas sekali menerangkan bahwa pemakaman menurut syari’at Islam bukanlah tempat untuk membaca al-Qur’an, melainkan tempatnya di rumah, dan melarang keras menjadikan rumah seperti kuburan, yang jelas tidak ada bacaan al-Qur’an dan shalat-shalat sunnat di pema-kaman.

Jumhur ulama Salaf seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik dan Imam-imam yang lainnya melarang membaca al-Qur’an di pemakaman, dan inilah nukilan pendapat mereka:

Pendapat Imam Ahmad, Imam Abu Dawud berkata dalam kitab Masaa-il Imam Ahmad hal. 158: “Aku mende-ngar Imam Ahmad ketika beliau ditanya tentang baca al-Qur-an di pemakaman? Beliau menjawab: “Tidak boleh.”

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah berkata: “Dari asy-Syafi’i sendiri tidak terdapat perkataan tentang masalah ini, yang demikian ini menunjukkan bahwa (baca al-Qur-an di pemakaman) menurut beliau adalah BID’AH. Imam Malik berkata: ‘Tidak aku dapati seorang pun dari Sha-habat dan Tabi’in yang melakukan hal itu!’”

Lihat Iqtidhaa’ Shirathal Mustaqim (hal. 380), Ahkaamul Janaa-iz (hal. 191-192).

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Mei 19, 2008 inci ZZ..BARU DALAM ISLAM..ZZ

 

Tinggalkan komentar