RSS

Salafiyyun Tidak Peduli Dengan Urusan Kaum Muslimin Dan Tidak Mau Berjihad?

13 Okt

Salafiyyun Tidak Peduli Dengan Urusan Kaum Muslimin Dan Tidak Mau Berjihad?

Oleh : Syaikh Ali bin Hasan bin Ali bin Abdul Hamid al Halabi al-Atsari hafizhahullahu

Mereka menyangka -dan seburuk-buruk bekal dan modal seseorang adalah prasangka- bahwa Salafiyyun tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin dan tidak menegakkan Jihad. Ini syubhat yang sangat lemah!

Syubhat ini akan dijawab dari dua sisi.

Pertama, sesungguhnya kepedulian terhadap urusan kaum Muslimin merupakan salah satu dari prinsip-prinsip pokok ad-da’wah as-Salafiyah. Karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah bersabda:

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

“Artinya : Tidak sempurna iman seorang di antara kalian sampai ia mencintai untuk saudaranya seperti ia mencintai untuk dirinya sendiri”[1]

Dan Rabbul-‘Alamin telah berfirman:

وَالْمُؤْمِنُونَ وَالْمُؤْمِنَاتُ بَعْضُهُمْ أَوْلِيَاءُ بَعْضٍ

“Artinya : Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain….” [At-Taubah :71]

Allah Subhanahu wa Ta’ala juga telah berfirman tatkala menerangkan sifat-sifat orang-orang Islam dan beriman:

وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ

“Artinya : (Mereka) nasihat-menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran”[Al ‘Ashr : 3]

Dan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ فِيْ تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ، إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عَضْوٌ، تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى .

“Artinya : Perumpamaan orang-orang yang beriman dalam rasa cinta mereka, kasih-sayang mereka, dan kelemah-lembutan mereka bagaikan satu tubuh. Apabila salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya merasakan sakit dengan tidak tidur dan demam”[2]

Inilah prinsip-prinsip kita, inilah landasan pokok kita, inilah kaidah-kaidah dasar kita, inilah hujjah-hujjah kita, dan inilah dalil-dalil kita! Lantas adakah orang yang (mampu) menambah prinsip-prinsip ini dengan prinsip lainnya (yang lebih haq) dari yang telah kita ketahui tentang prinsip-prinsip dan ajaran-ajaran kita yang haq ini?!

Namun kenyataannya, sikap peduli yang mereka sangka dan mereka kira itu, hanyalah sekedar prasangka dan perkiraan belaka! Lalu kita lihat ada yang pandai bicara dari kalangan mereka (berdalil dan) berkata:

مَنْ لَمْ يَهْتَمَّ بِأَمْرِ الْمُسْلِمِيْنَ، فَلَيْسَ مِنَّا

“Artinya : Barangsiapa yang tidak peduli dengan urusan kaum Muslimin, maka ia bukan termasuk golongan kami…”. Hadits ini dha’ifun jiddan (lemah sekali)![3]
Ya! Peduli dengan urusan kaum Muslimin hukumnya wajib! Namun harus tepat dan sesuai dengan prinsip-prinsip syariat dan kaidah-kaidahnya. Bahkan di dalam Sunan at-Tirmidzi telah di jelaskan, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar dan ‘Umar berbincang-bincang pada malam hari dan tidak tidur demi membicarakan dan menyelesaikan urusan kaum Muslimin. Sedangkan kita selalu berusaha berada di atas petunjuk dan jalan Rasulullah, Abu Bakar, ‘Umar, ‘Utsman, ‘Ali, dan sepuluh orang sahabat yang dijamin Rasulullah masuk surga, serta tiga generasi terbaik umat ini. Kita tidak akan merubah atau berubah!

Adapun kepedulian yang mereka gembor-gemborkan ternyata kepedulian politik belaka! Mereka ingin kalau khutbah-khutbah kita hanya sebagai berita-berita yang tersebar (di masyarakat)! Mereka ingin kalau kajian-kajian kita hanya sebagai bahan-bahan berita! Mereka ingin kalau kitab-kitab dan karya-karya tulis kita berubah menjadi sekedar modul-modul dan diktat-diktat politik, atau sekedar perwakilan media-media massa! Tentu semua itu bukan perbuatan yang haq sama sekali!

Kedua, Adapun jihad, maka sesungguhnya jihad yang benar ada syarat-syaratnya. Jadi, tidak semua peperangan (melawan orang-orang kafir) dapat ditegakkan pada saat ini!

Sebagian (mereka) ada yang berkata: “Ada jihad khusus yang syar’i yang sekarang dilakukan sebagian kaum Muslimin di sebuah negara Islam!”

Ketahuilah! Jihad yang syar’i adalah jihad yang ada syarat-syaratnya, terpenuhi rukun-rukunnya, tegak kaidah-kaidahnya. Dan ia bukan jihad yang dipraktekkan oleh sebagian orang (saat ini) dengan tanpa memperhatikan syarat-syaratnya, tanpa memperhatikan kesiapan kaum Muslimin, baik secara kualitas maupun kuantitas; tanpa memperhatikan iman dan ilmu! Bahkan mereka mengadakan fatwa untuk diri mereka sendiri, atau mengambil fatwa dari ruwaibidhah (orang-orang kecil tidak berilmu yang berbicara permasalahan umat yang sangat besar), dan dari orang-orang semisal mereka.

Adapun jihad kita, maka kita selalu siap berjihad jika syarat-syaratnya terpenuhi, jika ada waliyyul-amri (pemimpin) muslim yang mengangkat dan mengibarkan bendera jihad serta meninggikannya. Jika ada fatwa syar’i para ulama besar -yang mereka- tidaklah berfatwa melainkan sesuai al haq, keyakinan, ketetapan dan kemantapan (ilmu)! Bukan fatwa dari mereka yang kecil dan remeh, yang tidak mendatangkan sebuah fatwa dan keputusan kepada kita melainkan kehinaan!

Dan jika kita lihat, kita perhatikan, dan kita teliti lagi dengan seksama bentuk dan model jihad kontemporer saat ini yang dipraktekkan oleh sebagian jama’ah-jama’ah dan partai-partai, tentulah kita lihat dan kita dapatkan berapa dan betapa banyak dampak negatif yang buruk menimpa kaum Muslimin. Ini semua tidak lain disebabkan mereka menyelisihi al haq, dari satu sisi; dan mereka menyelisihi ahlul-haq (para ulama), dari sisi lainnya! Wallahul-Musta’an.

Ceramah Syaikh Ali Hasan al-Halabi al-Atsari

di Masjid Islamic Center Jakarta, Ahad, 23 Muharram 1428H/11 Februari 2007M

Alih Bahasa & Transkrip : Ustadz Arief Budiman bin ’Utsman

Disalin dari majalah As-Sunnah Edisi 01/Tahun XI/1428H/2007

Artikel ini didownload dari Markaz Download Abu Salma (http://dear.to/abusalma]
Dipublikasikan oleh : ibnuramadan.wordpress.com

[1] HR Al-Bukhari (1/14 no. 13), Muslim (1/67, 68 no. 45) dan lain-lain, dari hadits Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu

[2] HR Muslim (4/1999 no. 2586), dan lain-lain, dari hadits An-Nu’man bin Basyir Radhiyallahu ‘anhu

[3] HR Ath-Thabrani dalam Al-Mu’jamul Awsath (7/270 no. 7473) dan lain-lain dari Hudzaifah bin Al-Yaman Radhiyallahu ‘anhu

 
Tinggalkan komentar

Ditulis oleh pada Oktober 13, 2008 inci ZZ..BANTAHAN..ZZ

 

Tinggalkan komentar